Stok Sumberdaya Ikan
dan Keberlanjutan Kegiatan Perikanan
DISUSUN OLEH :
ABDUL QADIR JAILANI
NIM : 11160056
DOSEN : MUKLIS, S.Pi. M.Si
UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
FAKULTAS PERIKANAN
2013
BAB I PENDAHULUAN
Bila
kita membicarakan ketahanan pangan sektor perikanan, maka sesungguhnya kita
sedang berbicara tentang kelestarian pemanfaatan sumberdaya ikan itu sendiri.
Dan apabila kita membicarakan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya ikan maka
kita juga tidak akan terlepas untuk membicarakan indikator utama pengelolaan
sumberdaya ikan berkelanjutan itu, stok sumberdaya ikan. Sebagai acuan dasar
pengelolaan sumberdaya ikan, stok sumberdaya ikan dibandingkan dengan jumlah
total ikan hasil tangkapan yang didaratkan, untuk memprediksi besaran stok yang
telah dimanfaatkan.
Untuk
kepentingan pengelolaan sumberdaya perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan
(DKP) telah menetapkan nilai dasar status pemanfaatan sumberdaya ikan. Hasil
kajian yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa stok sumberdaya ikan di perairan
Indonesia kira-kira baru dimanfaatkan sekitar 60% dari potensi yang ada, atau
dengan kata lain potensi yang ada belum termanfaatkan secara optimal, sehingga
masih memungkinkan untuk meningkatkan pemanfaatannya. Berangkat dari nilai
prediksi tersebut, DKP kemudian mendorong upaya peningkatan produksi perikanan
laut. Hal tersebut tercermin dalam salah satu target sasaran Gerakan Nasional
Gerbang Mina Bahari, yang dicanangkan pemerintah beberapa waktu yang lalu.
Sebagai implementasi dalam meningkatkan produksi, DKP membuka ijin usaha baru
penangkapan ikan. Suatu kebijakan yang sangat kontradiksi dengan kondisi
penangkapan ikan sesungguhnya di lapangan. Karena dalam beberapa kesempatan
terakhir, nelayan tradisional dan pengusaha perikanan nasional sering
mengeluhkan jumlah hasil tangkapannya yang semakin hari semakin menurun dan
tidak sebanding lagi dengan peningkatan biaya operasional penangkapan yang
semakin bertambah besar. Sebagai dampak kerugian tersebut, nelayan dan pengusaha
perikanan mengurangi operasi penangkapannya bahkan banyak yang menambatkan
kapalnya di pelabuhan.
Fakta
tersebut menggambarkan betapa timpanganya antara kebijakan dan kenyataan di
lapangan. Barangkali timbul pertanyaan dalam benak kita, mengapa terjadi kesenjangan
antara data potensi dan kenyataan di lapangan??? Lalu pertanyaan lanjutannya, apakah
ada yang salah dengan nilai dugaan potensi ikan kita??? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah, karena kita harus memahami
benar prosedur atau metodologi sekaligus kendala yang dihadapi selama
pelaksanaan kegiatan pengkajian stok ikan. Mencari sumber kesalahan atau
kekurangan pendugaan stok yang sudah dilakukan bukanlah hal yang sangat
penting, karena yang lebih penting adalah melakukan evaluasi dan sekaligus
mencari solusi perbaikan agar data dugaan potensi ikan menjadi akurat dan
mendekati kondisi di lapangan.
Sebelum
kita melakukan review untuk selanjutnya mencari solusi perbaikan kegiatan
pengkajian stok ikan laut di Indonesia, ada baiknya jika kita mengetahui
pengetahuan dasar tentang stok sumberdaya ikan.
BAB ll PEMBAHASAN
A. Stok
Sumberdaya Ikan
Istilah
stok mungkin sudah sering kita dengar dalam berbagai makna dalam kehidupan
kita. Stok ikan sesungguhnya merupakan angka yang menggambarkan suatu nilai
dugaan besarnya biomas ikan berdasarkan kelompok jenis ikan dalam kurun waktu
tertentu. Mengingat ikan merupakan hewan yang bersifat dinamis yang senantiasa
melakukan perpindahan (migration) baik untuk mencari makan atau memijah, maka
sangat sulit tentunya untuk menentukan jumlah biomasnya. Namun demikian
peneliti biologi perikanan telah menghasilkan terobosan pendekatan untuk
menghitung jumlah stok ikan.
B. Metode
Pendugaan Stok Ikan
Kegiatan
pendugaan stok ikan disebut sebagai fish stock assessment dan metode yang
digunakan disebut stock assessment methods. Leonart (2002) menyatakan bahwa
stock assessment merupakan suatu kegiatan pengaplikasian ilmu statistika dan
matematika pada sekelompok data untuk mengetahui status stok ikan secara
kuantitatif untuk kepentingan pendugaanstok ikan dan alternatif kebijakan
kedepan.
Secara umum kegiatan pendugaan stok ikan dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok utama yaitu :
Secara umum kegiatan pendugaan stok ikan dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok utama yaitu :
1.
Metode Tidak Langsung (Indirect), yang terdiri dari :
a). pendekatan analitik, dan
b). pendakatan Production Model,
2.
Metode Survei (Survey), yaitu pengkajian stok
sumberdaya ikan yang dilakukan dengan melakukan survey di lapangan, seperti
dengan alat bottom trawl, akustik (Echo Sounder), metode produksi telur harian
(Daily Egg Production Method) dan pencacahan langsung dengan penyelaman.
3.
Metoda penandaan (Marking), yaitu pengkajian stok yang
dilakukan dengan cara memberikan tanda (tag) pada ikan kajian.
4.
Pendekatan ekologi (Ecological Approach), metode ini
merupakan pengembangan metode tidak langsung yang mengkaitkan pengaruh
interaksi biologi antar jenis (ekologi dan teknologi) pada perikanan
multijenis.
C. Pengkajian
Stok Ikan di Indonesia
Pengkajian
stok ikan di Indonesia, selama ini dilakukan oleh Komisi Nasional Pengkajian
Stok Sumberdaya Ikan Laut. Berdasarkan informasi dari Komisi Nasional
Pengkajian Stok sumberdaya Ikan Laut (1998) pengkajian stok ikan di Indonesia
dilakukan dengan 6 metode pendekatan, yaitu sensus/transek, swept area,
akustik, surplus production, tagging dan ekstra/intra-polasi.
Ø Metoda sensus atau
transek digunakan untuk mengkaji stok ikan yang sifatnya tidak bergerak dengan
cepat, seperti ikan hias dan ikan karang.
Ø Metoda swept area
digunakan untuk menduga stok ikan dasar (demersal). Metoda ini dilakukan dengan
prinsip menyapu area perikanan dengan menggunakan alat tangkap trawl.
Ø Metode akustik,
metoda ini digunakan untuk menduga ikan pelagis maupun demersal. Prinsip kerja
metoda ini adalah menghitung potensi ikan dengan menggunakan alat yang
dinamakanechosounder.
Ø Metoda surplus
production digunakan untuk menduga ikan dengan memanfaatkan data time series
hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan di tempat pendaratan ikan.
Pengkajian
stok ikan dengan menggunakan trawl dan echosounder tergolong sangat mahal
karena pelaksanaan kegiatan tersebut harus menggunakan kapal riset khusus,
sehingga jumlah dana yang harus dikeluarkan untuk mengcover seluruh perairan
Indonesia sangatlah besar. Sementara itu, dana yang tersedia untuk melakukan
survey jumlahnya relatif sangat sedikit.
Pendekatan
Surplus Production relatif lebih murah dibandingkan metode lainnya. Kunci
keberhasilan penggunaan metode ini adalah keakuratan sumber data yang
digunakan. Ironisnya, data hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang kita
miliki sekarang kurang begitu akurat. Data sering dimanipulasi untuk berbagai
kepentingan pejabat pemerintah, sehingga tidak jarang data yang dilaporkan
tidak sinkron dan akurat.
Kesenjangan
antara kebutuhan dan ketersediaan baik dana maupun data, mengharuskan
pengkajian stok ikan untuk mengambil jalan tengah dengan menggunakan asumsi
atau pendekatan yang agak kasar dalam menghasilkan stok sumberdaya ikan.
Kondisi- kondisi seperti itu tentunya mengurangi keakuratan pengkajian,
sehingga dapat dimengerti kalau nilai dugaan tersebut sering dipertanyakan.
Persoalan barangkali tidak berhenti sampai disitu, yang lebih utama adalah
mempertanyakan apa dampak yang ditimbulkan jika terjadi kesalahan dalam
pendugaan stok itu.
D. Dampak
kesalahan pendugaan stok
Kecermatan
dan ketepatan dalam menduga besarnya stok sumberdaya di laut merupakan salah
satu kunci utama keberhasilan pengelolaan sumberdaya ikan. Kesalahan dalam
menduga akan berakibat fatal terhadap sumberdaya yang ada. Kesalahan pendugaan
yang melebihi stok yang ada (over estimate) akan mempercepat terkurasnya
sumberdaya ikan. Hal ini terjadi jika ijin kapal penangkap ikan jauh melebihi
kapasitas maksimum perikanan. Bila hal ini terjadi, maka sumberdaya ikan yang
tersedia akan mengalami tekanan yang lebih besar, ikan yang belum berpijah akan
banyak tertangkap, dan pada akhirnya mencapai penangkapan yang melebihi
kapasitas maksimumnya (over fishing). Sebaliknya kesalahan pendugaan yang lebih
kecil dari stok yang sesungguhnya (under estimate) juga akan menyebabkan
kemubaziran, karena sumberdaya yang semestinya dapat dimanfaatkan untuk
kesejahteraan manusia terbuang percuma di laut karena adanya mekanisme kematian
alami (natural mortality). Suatu teori mengungkapkan bahwa jika suatu sumberdaya
ikan tidak dimanfaatkan secara optimal maka akan menimbulkan dampak akan adanya
kompetisi diantara individu populasi untuk memperebutkan makanan dan tempat
hidup. Sebagai akibatnya kelompok ikan yang berumur lebih tua atau yang
bersifat pemangsa (carnivore) mendominasi struktur komunitas yang ada. Bila
kondisi ini berlangsung lama dan terus menerus maka akan mempunyai dampak :
1.
Struktur piramida kelompok umur terbalik, dimana kelompok umur dewasa akan
lebih banyak dibandingkan kelompok umur yang lebih muda. Dampak selanjutnya
yang mungkin ditimbulkan oleh kondisi ini adalah ikan-ikan dewasa akan segera
mati dan proses kelahiran (recruitment) lebih kecil dibandingkan kematian alami
(natural mortality). Karena jumlah recruitment lebih kecil dari pada
mortalitas, maka populasi tersebut mengalami pertumbuhan negatif, yang pada
akhirnya akan menyebabkan stok sumberdaya ikan berkurang dan kalau dilakukan
penangkapan dengan jumlah upaya yang sama secara terus menerus maka pemanfaatan
sumberdaya ikan tersebut akan melebihi kapasitas maksimumnya (over fishing).
2. Dampak
yang kedua dari kesalahan under estimate adalah pergeseran struktur komunitas
populasi yang hidup di perairan tersebut. Persaingan tempat dan makanan akan
mendorong ikan-ikan pemangsa ikan lainnya (carnivore) yang tropik levelnya
lebih tinggi untuk menguasai perairan tersebut. Ikan carnivore kelas tinggi
akan memangsa ikan-ikan mangsanya secara terus- menerus baik yang sudah selesai
berpijah atau belum. Bila jumlah ikan pemangsa semakin banyak, maka intensitas
pemangsaan ikan mangsa akan semakin tinggi dan selanjutnya ikan mangsa akan
habis. Sebagai akibat dari kondisi ini adalah hilangnya salah satu populasi
jenis yang selama ini hidup secara bersama dengan populasi jenis lainnya. Bila
salah satu rantai komunitas tersebut hilang maka kestabilan populasi yang
selama ini terjadi akan berubah dan pada akhirnya akan menyebabkan perubahan
komposisi rantai kehidupan yang akhirnya akan merubah struktur komunitas jenis
yang hidup di perairan tersebut.
E. Langkah
Perbaikan
Dampak
yang mungkin ditimbulkan akibat kesalahan dalam pendugaan stok ikan ternyata
sangat besar, agar hal tersebut tidak terjadi dalam pengelolaan perikanan
Indonesia, maka DKP harus segera mengambil langkah perbaikan. Hal ini penting
mengingat pendugaan stok sumberdaya ikan yang tepat dan akurat akan menjadi
kunci keberhasilan pembangunan perikanan ke depan. Apa jadinya jika perencanan
pembangunan perikanan ini didasarkan pada suatu data yang sangat lemah dan
kurang dipercaya keakuratannya. Oleh sebab itu agar data dasar pengelolaan
pembangunan perikanan itu akurat, beberapa langkah strategis sebaiknya
dilakukan pemerintah.
1.
Perbaikan jumlah dan sistem
anggaran
Mengingat
kegiatan pengkajian stok sumberdaya ikan sangat mahal dan memerlukan
kesinambungan, maka pemerintah sejak sekarang perlu merencanakan dan pada
akhirnya menganggarkan suatu dana yang cukup untuk kegiatan pengkajian stok
ikan. Kegiatan tersebut harus terprogram, jelas dan berkesinambungan. Pada sisi
yang lain, mengingat kegiatan survei (seperti pengkajian stok ikan) memerlukan
data berkesinambungan, sudah semestinya jika kegiatan penelitian tidak dibatasi
dengan tahun anggaran. Pengalaman mengatakan bahwa keterbatasan waktu karena
keterlambatan turunnya dana dan berakhirnya suatu kegiatan mengharuskan
pengelola kegiatan mengejar (hanya) laporan administrasi kegiatan saja.
Kadangkala substansi dari kegiatan itu menjadi nomor dua. Sering juga terjadi
??iming??penganggaran tidak tepat waktu, dana turun manakala moment penting
suatu kegiatan sudah berakhir. Sungguh memprihatinkan ! Dengan adanya Gerbang
Mina Bahari ini, pemerintah (DKP) perlu mempertimbangkan untuk membuat suatu
terobosan sistem penganggaran yang lebih baik, karena ternyata dengan sistem
penganggaran seperti sekarang banyak kegiatan khususnya pengkajian stok ikan tidak
optimal.
2.
Peningkatan kualitas SDM
perikanan
Disamping
pendanaan dan sistem penganggaran (yang melibatkan instansi lain), perbaikan di
dalam tubuh DKP yang perlu dibenahi sehubungan dengan pengkajian stok ikan ini
adalah perbaikan kualitas data perikanan. Hal ini dikarenakan banyaknya
pengkajian stok yang didasarkan pada data sekunder tersebut. Kunci kualitas
data terletak pada nilai datanya. Nilai data akan baik dan akurat apabila
dikelola secara profesional. Oleh sebab itu petugas yang mengelola data perikanan
harus diberikan pendidikan khusus dan jabatan fungsional yang layak. Mengapa
demikian, karena pekerjaan mengolah data adalah pekerjaan yang relatif
membutuhkan keterampilan khusus dan membutuhkan waktu yang panjang untuk
menganalisanya.Pekerjaan memproduksi, mengolah dan menganalisis data bukan
pekerjaan yang mudah sehingga DKP perlu memikirkan memberikan tunjangan gaji
khusus untuk jabatan ini. Bagaimana kita bisa mengharapkan data yang akurat dan
kontinu bila pendapatan yang diterima petugas tidak sebanding dengan
pekerjaannya ?
3.
Perbaikan sistem pendataan
Setelah
SDM-nya ditata, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan wadah SDM
itu sendiri, yaitu sistemnya. Sistem pendataan yang ada sekarang, sebagian
besar masih dilakukan secara manual. Disisi lain pendataan dilakukan dengan
menggunakan formulir yang kadangkala tidak seragam antar daerah. Formulir isian
dibuat menurut selera daerah masing-masing, sehingga penggabungan data antar
daerah sering menemui kesulitan. Koordinasi antar lembaga dan daerah tentang
pendataan ini juga masih sangat lemah. Berpijak pada kondisi ini DKP harus
mulai memikirkan membentuk lembaga independent seperti JAFIC (Japan Fisheries
Information Center) misalnya, yang secara khusus menangani data perikanan. Lembaga
ini berfungsi untuk membuat metode, mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan
produk data perikanan kepada pengguna. Dengan adanya lembaga independent yang
berstatus fungsional seperti ini diharapkan data ABS (asal bapak senang) yang
sering kita keluhkan selama ini tidak akan terjadi lagi. Apabila lembaga khusus
ini terbentuk diharapkan keakuratan data bisa diandalkan dan pada akhirnya data
hasil olahan yang diperoleh mempunyai nilai yang sangat akurat dan dipercaya.
Semoga
dengan beberapa langkah strategis tersebut kita mampu mengatasi kesenjangan
penentuan stok sumberdaya ikan yang ada selama ini, dan pada akhirnya ketahanan
pangan sektor perikanan dapat dipertahankan.
Daftar Pustaka
[1] Carvalho, G. R.
and L. Hauser, 1995, Molecular Genetics and the Stock Concept in Fisheries,
Molecular Genetics in Fisheries edited by Gary R. Carvalho and Tony J. Picher,
Chapman and Hall, pp.55-79.
[2] Hilborn Ray and
Carl J. Walters, 1992, Quantitative Fisheries Stock Assessment, Choice,
Dynamics and Uncertainty, Chapman and Hall, 570pp.
[3] Ihssen, P.E.,
H.E. Booke, J.M. Casselman, J.M. Mc.Glade, N.R Payne and F.M Utter, 1981, Stock
Identification: materials and method, Can. Jur. Fish. Aquat. Sci.38, 1838-1855.
[4] Komisi Nasional
Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut, 1998, Potensi dan Penyebaran Sumberdaya
Ikan Laut di Perairan Indonesia, LIPI. Jakarta.
[5] Lleonart, J,
2002, Overview of Stock Assessment Methods and Their Sustainability to
Mediterranean Fisheries. 5th Session of SAC-GFCM, Rome 1-4 July 2002
[6] Smith, P.J., A.
Jamieson and A.J Birley, 1990, Electrophoretic Studies and Stock Concept in
Marine Teleosts, J. Cons. Int. Explor. Mer 47, 231-245.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar